*QFIA 2025 edisi kedua|Kelas terbuka pemikiran baru kecerdasan finansial
*"Pak, pasar akhir-akhir ini sangat fluktuatif. Selain terus investor atau holding saham berkualitas tinggi, adakah aset yang lebih stabil untuk menopang titik terendah?"*
*🟡 Inilah fokus diskusi kita malam ini: emas dan perak*.
*Kedua aset ini bukan sekadar logam mulia, tapi juga "safe haven" yang telah ada selama ribuan tahun. Dari penggunaan mata uang di Kerajaan Mataram kuno hingga investasi spot dan ETF saat ini di BEJ, emas dan perak selalu menjadi favorit investor Indonesia*
*Malam ini kita tidak akan membahas grafik K-line yang rumit 📉, tetapi dari perspektif "bisa memahami dan menerapkannya", kita akan menganalisis pertanyaan-pertanyaan penting*:
*🌟Kenapa emas dan perak bisa menjadi aset safe haven ketika pasar sedang tidak stabil?*
*📌 Apa perbedaan antara keduanya?*
*📌 Bagaimana cara yang tepat untuk memasukkannya ke dalam alokasi aset kalian?*
*Meskipun ini pertama kalinya kamu mendengar tentang investasi logam mulia, setelah mendengarkan sharingan hari ini, kamu akan jelas*:
*🔑 Kapan harus meminta emas atau perak keluar untuk membantu kamu menstabilkan posisi*
*Ketika membahas "safe haven", mungkin kalian akan berpikir: " menyarankan ini naik saat jatuh? Ya benar, tetapi lebih dari itu*
*Inti dari aset safe haven adalah batu pemberat untuk membantu kamu menjaga kekayaan di saat ketakutan pasar dan gejolak ekonomi*
*Sama seperti perahu nelayan yang membutuhkan batu pemberat untuk menahan angin dan ombak, emas dan perak adalah pemberat dalam alokasi aset*
*Jadi kenapa mereka bisa digunakan sebagai "batu pemberat"? Bukan karena mereka "cantik", melainkan karena tiga logika yang sulit dipahami:*
*✅Kelangkaan: Jumlahnya terbatas di bumi, dan mesin cetak tidak dapat mencetaknya.*
*Emas dan perak tidak dapat diproduksi begitu saja -- jumlah total emas yang ditambang di dunia mungkin dapat memenuhi tiga kolam renang Asian Games di Jakarta*;
*Meskipun jumlah perak lebih banyak daripada emas, namun konsumsi industri tahunannya besar (industri fotovoltaik Indonesia mengonsumsi ratusan ton perak setiap tahun), dan tidak banyak perak berkualitas investasi yang dapat mati*
*Kalau begitu, ayo kita lihat uang kertas 💸, yang bisa dicetak tanpa batas*
*Ketika krisis terjadi, seperti saat pandemi tahun 2020, BI memilih untuk memangkas suku bunga dan melepaskan likuiditas (yang sering kita sebut "lepas air"), dan tiba-tiba ada lebih banyak uang di pasar*
*🔻 Akibatnya: mata uang terdepresiasi, daya beli uang di tangan melemah, dan dibutuhkan lebih banyak uang untuk membeli barang yang sama*
*Selama krisis keuangan 2008, bank-bank sentral global secara kolektif "membanjiri pasar", dan rupiah terdepresiasi sekitar 15% terhadap USD, tetapi harga emas lokal di Indonesia naik sekitar 25% selama periode yang sama;*
*Pada tahun 2022, inflasi Indonesia melampaui 5%, dan dengan uang Rp1 juta barang yang dapat dibeli di supermarket jadi lebih sedikit, tetapi 1 gram emas dapat ditukar dengan lebih banyak rupiah -- inilah keajaiban "kelangkaan melawan pencetakan uang"*
*Dari mata uang bongkahan emas Kerajaan Mataram kuno hingga perhiasan emas yang dikenakan oleh para ibu ibu Indonesia saat ini (pada dasarnya tabungan yang dapat dipakai di badan), sifat moneter emas dan perak telah diakui selama ribuan tahun*.
*Ketika pasar saham Jakarta anjlok pada tahun 2008, saya melihat para pemilik kios di pasar sayur menukar perhiasan emas dengan beras; selama karantina wilayah akibat pandemi pada tahun 2020, beberapa orang menggunakan perhiasan perak sebagai jaminan untuk ditukar dengan uang tunai -- dalam masa krisis, uang kertas mungkin terdepresiasi, tapi emas dan perak dapat ditukar dengan barang di mana saja*
*BI saat ini menyimpan hampir 100 ton cadangan emas, dengan tujuan menstabilkan kepercayaan keuangan negara ketika nilai tukar berfluktuasi tajam*
*Sebenarnya, orang awam mungkin tidak memahami teori keuangan yang rumit, tapi semua orang pada umumnya tau:*
*💡 Emas berharga dan dapat mempertahankan nilainya*
*Konsensus kepercayaan di antara seluruh rakyat inilah yang membuat emas dan perak selalu memiliki orang yang bersedia menyimpannya di setiap krisis, dan harganya secara alami lebih tahan terhadap penurunan*
*Dalam investasi, hal yang paling ditakutkan adalah segala sesuatunya jatuh sekaligus: pasar saham merosot, reksa dana rugi, rugi bisnis, dan akibatnya aset di tangan kamu menyusut secara bersamaan*.
*Dan emas dan perak seringkali bergerak berlawanan arah dengan aset beresiko:*
*📊 Ketika IHSG jatuh, dana pasar akan mengalir ke emas untuk menghindari risiko, sehingga mendorong harga emas naik*.
*📈 Ketika inflasi naik, emas sering dianggap sebagai "mata uang keras" untuk melawan inflasi, dan harganya juga memiliki momentum untuk naik.*
*Sama seperti indeks IHSG yang turun 4% pada tahun 2022, ETF Emas Indonesia (kode GOLD) justru naik 6%;*
*Ketika saham bank berfluktuasi pada paruh pertama tahun ini, banyak siswa berkata, "Akun pasar saham rugi, tetapi akun investasi emas tetap menghasilkan keuntungan, jadi saya tidak terlalu panik."*
*Inilah kenapa aset safe haven harus ada dalam alokasi aset -- aset ini dapat membantu kamu untuk menutupi kerugian*
*2. Meskipun emas dan perak memiliki sifat lindung nilai, namun fungsinya berbeda*
*Seperti saudara kandung, mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda*
*Banyak orang menganggap emas dan perak serupa, tetapi kenyataannya, keduanya seperti musim hujan dan musim kemarau di Jakarta, dengan kepribadian yang sangat berbeda.*
*Jika kamu memilih yang tepat, hal itu dapat membantu kamu melindungi risiko, tetapi jika kamu memilih yang salah, justru dapat menimbulkan masalah*
*Harga emas berfluktuasi sedikit. Dalam 10 tahun terakhir, kenaikan atau penurunan emas tahunan jarang melebihi 20%;*
*Tetapi perak berbeda, permintaan industri memberikan proporsi yang tinggi (lebih dari 50% digunakan untuk panel fotovoltaik dan aki mobil -- industri energi baru Indonesia sedang berkembang pesat)*
*Oleh karena itu, perak lebih cocok bagi investor yang mampu menahan ketegangan dan memiliki kesabaran, sementara emas lebih cocok untuk mereka yang menginginkan stabilitas (seperti pensiunan dan newbie)*
*Kedua, perbedaannya terletak pada penggunaannya: emas adalah aset safe haven murni, sementara perak setengahnya safe haven dan setengahnya lagi sebagai komoditas industri*
*Penggunaan emas sangat sederhana: 70% digunakan untuk investasi dan perhiasan (orang Indonesia membeli perhiasan emas, terutama karena terlihat bagus dan dapat menghemat uang), hampir tidak ada konsumsi industri, dan harganya terutama didorong oleh permintaan aset safe haven dan inflasi*
*Terakhir adalah perbedaan ambang investasi: emas dimulai dengan harga tinggi, sementara perak lebih terjangkau*
*Dari perspektif ambang investasi, harga emas per gram tinggi (1 gram emas saat ini sekitar Rp1.770.000), dan membeli 10 gram seharga Rp17.700.000;*
*Harga perak per gram rendah (1 gram perak sekitar Rp20.200), dan 10 gram hanya seharga Rp202.000, yang lebih cocok untuk anak muda yang baru mulai bekerja dan memiliki dana terbatas*
*Tapi wajib diperhatikan: perak sangat fluktuatif, jadi newbie sebaiknya tidak serakah dan membeli terlalu banyak*
*Ibarat makan nasi goreng Indonesia: emas itu seperti nasi yang wajib ada, sedangkan perak seperti sambalnya bisa menambah rasa dan sensasi, tapi jangan kebanyakan, nanti kepedasan*
*Setelah membaca poin-poin di atas, beberapa siswa mungkin bertanya, bagaimana seharusnya investor mengalokasikan asetnya?*
*Ingatlah dengan 3 prinsip*
*Banyak teman bertanya: Percayakah saya membeli emas atau perak sekarang? Sebenarnya, jawabannya bukanlah membeli atau tidak, tapi bagaimana memasukkannya ke dalam alokasi aset*.
*Dikombinasikan dengan metode ringkasan target yang telah disebutkan sebelumnya, berikut tiga prinsip praktis yang cocok untuk pasar Indonesia:*
*1. Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang: rasio aset safe haven jangan terlalu tinggi*
*Emas dan perak memang batu pemberat, tapi tidak bisa menjadi satu-satunya aset kamu*
*Saran saya: aset safe haven (emas + perak) cukup 5%-10% dari total aset kamu*.
*Misalnya, jika kamu memiliki aset 100 juta, alokasikan Rp5 juta - Rp10 juta untuk emas dan perak, dan sisanya ditaruh di saham (saham-saham penyusun indeks IHSG), deposito berjangka (Deposito Bank Indonesia), danlokasi uang tunai. Dengan cara ini, kamu dapat melakukan lindung nilai risiko tanpa menghambat pertumbuhan jangka panjang*
*2. Jangan mengejar titik tertinggi jangka pendek, belilah sesuai kebutuhan target*
*Jangan terburu-buru serbu ketika melihat harga emas naik di TV, dan jangan membeli ketika kamu mendengar di grup bahwa perak akan naik dua kali lipat*
*Pikirkan dengan jernih sebelum membeli: Apakah kamu menghindari risiko jangka pendek (misalnya khawatir IHSG akan jatuh dalam 3 bulan) atau mempertahankan nilai jangka panjang (misalnya takut depresiasi mata uang kertas dan ingin menabung dana pendidikan untuk anak)?*
*Edisi lalu, seorang siswa membuka toko kecil di Semarang. Dia menggunakan 5% dari modal perputaran bisnisnya untuk membeli emas ETF. Tahun lalu, bisnis sedang lesu selama musim hujan dan pasar saham anjlok*,
*Tetapi emas ETF naik 7%, membantu menstabilkan arus kasnya -- inilah efek dari alokasi target*
*3. Jangan hanya membeli dan tidak menjual, sesuaikan dengan skenario kehidupan*
*Aset safe haven bukanlah “beli lalu simpan di aman”, melainkan perlu disesuaikan dengan siklus ekonomi Indonesia. Misalnya:*
*Permintaan emas tinggi menjelang Ramadhan (semuanya pada membeli perhiasan emas sebagai hadiah), harganya mungkin tinggi, maka jangan buru-buru mengejar;*
*Melihat beras yang dibeli dengan Rp1 juta di supermarket semakin menipis (inflasi akan datang), maka dapat mengalokasikan lebih banyak emas;*
*Pabrik kendaraan energi baru sedang membangun pabrik di Indonesia (seperti Tesla dan Hyundai), permintaan perak akan meningkat, dan sejumlah kecil perak dapat dialokasikan*.
*Sama seperti menyesuaikan kelambu di rumah: menggantungkan lebih rapat di musim hujan ketika banyak nyamuk, dan lebih longgar di musim kemarau ketika nyamuk lebih sedikit -- penyesuaian yang fleksibel dapat memainkan peran terbesar*
*Terakhir, mari kita gunakan dua kasus lokal Indonesia untuk melihat bagaimana emas dan perak berpartisipasi dalam krisis:*
*Pada tahun 2008 IHSG anjlok 45%, dan saham banyak orang terpangkas setengahnya, tetapi emas naik 12% dan perak naik 18% sepanjang tahun*
*Saat itu, seorang sopir taksi yang saya kenal biasanya mengeluarkan 1 gram emas setiap bulan. Ketika pasar saham anjlok, dia mengalami kerugian karena berinvestasi di saham, namun pendapatan dari emas membuatnya tidak terhambat untuk membayar uang sekolah anaknya*
*Contoh lain adalah selama karantina wilayah akibat pandemi tahun 2020, banyak toko kecil di Jakarta tutup dan arus kas terputus*
*Namun seorang siswa menjual perhiasan perak yang dibelinya sebelumnya ke toko emas dan menukarnya dengan Rp80 juta, yang membantu bertahan hidup hingga karantina wilayah dicabut -- inilah cara emas dan perak dapat menyelamatkan nyawa di masa krisis*
*Kasus-kasus ini memberitahu kita bahwa: aset safe haven bukan untuk menghasilkan banyak uang di pasar bullish, melainkan untuk mencegah kamu bangkrut di pasar bearish*
*Seperti halnya perlengkapan darurat (air, biskuit, senter) yang selalu dimiliki orang Indonesia di rumah, yang tidak digunakan pada waktu-waktu biasa, tetapi dapat menyelamatkan nyawa saat terjadi bencana -- emas dan perak adalah perlengkapan darurat untuk kekayaan kamu*
*Setelah menyimak sharingan malam ini, beberapa siswa mungkin mulai tergoda dan ingin berpartisipasi*
*Di sini, saya akan memberitahu kalian beberapa jebakan yang harus dihindari:*
*Jangan membeli perhiasan emas kerajinan sebagai investasi: gelang emas 24 karat yang digunakan untuk pernikahan memang indah, tetapi biaya jasa tinggi, dan akan kerugian biaya jasa saat mencairkannya* .*Lebih hemat biaya untuk berinvestasi pada emas batangan/ETF murni*;
*Jangan membeli perak dari produsen kecil: kemurnian perak sulit dibedakan, dan produsen kecil mungkin saja dipalsukan. Newbie disarankan untuk membeli dari ETF perak atau saluran bank biasa;*
*Beli dengan uang lebih, jangan meminjam uang untuk spekulasi: emas dan perak adalah "tempat berlindung yang aman", bukan perjudian. Belilah dengan uang yang kamu butuhkan dalam short term. Jika harganya jatuh, dan kamu akan panik, malahan akan gampang sembarang melakukan transaksi*